iklan

Hati-Hati, Gangguan Pada Anak Akibat Ayah Jarang di Rumah

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280

“Horeeee…. Ayah pulang..!!” kata si kecil sambil berlari menyambut saya di depan pintu. 
“Iyaa.. sini,” saya peluk dia. Ia lalu bercerita ceriwis apa saja yang ia lakukan. Kadang sambil membawa mainan kesayangannya. 
Sungguh momen-momen seperti ini adalah sesuatu yang paling berharga. Rasanya saat itu segala kepenatan badan hilang ketika melihat senyum dan mendengar celoteh si kecil. 
Apakah anda para ayah juga mengalaminya? Jika iya, anda patut bersyukur bahwa tidak ada hambatan psikologis dari anak untuk dekat dengan Anda sebagai ayahnya.
Karena ternyata tidak semua ayah bisa mengalami momen-momen berharga begitu. 
Baca juga: Bila istrimu menangis di hadapanmu, peluklah dia, biarpun dia menolak, tetap peluklah..
Ada juga seorang ayah yang ternyata “hilang” dalam kehidupan anaknya. Bukan “hilang” dalam arti pergi jauh atau meninggal, tapi ia ada di rumah, tetapi kehadirannya tidak dirasakan oleh si kecil. 
Astaghfirullah.. semoga kita semua tidak mengalami hal itu. 
Fenomena itu disebut sebagai “fatherless.” 
Anak saya pernah mengalami “fatherless” ini. Dan itu membuat saya merasa sangat bersalah padanya. Terasa sekali ada luka di hati saya, bahwa anak saya sendiri ternyata tidak merasakan kehadiran ayahnya. 
Ceritanya begini..
Sebagai ayah yang memiliki kewajiban mencari nafkah untuk keluarga, tentu saya akan bekerja keras agar semua kebutuhan keluarga saya dapat tercukupi. Tidak menjadi soal meski harus pergi pagi pulang malam akan saya jalani. 
Baca juga: Jiwa anakmu lebih mahal dari susu termahal yang ditumpahkannya. Jaga lisanmu, duhai orangtua
Waktu itu saya berpikir bahwa urusan mendidik anak sudah ada istri yang siap 24 jam mendampingi anak saya. Konsekuensinya memang anak akan sangat jarang berinteraksi dengan saya, tapi tak apalah karena saya bekerja untuk kebaikan mereka juga.
Saya berangkat kerja pagi pas anak-anak belum bangun, agar tidak terjebak macet. 
Hilang kesempatan untuk menyapa si kecil pada pagi hari, memang ada rasa yang hilang di hati saat tak bisa menyapa si kecil di awal hari, tapi ya sudahlah karena saya harus bekerja mencukupi kebutuhan mereka. Semoga kelak saat ia dewasa akan mengerti.  
Pulang kerja sampai rumah jam sembilan malam. Saya lihat si kecil dah tidur pulas, rasanya kasihan kalau membangunkannya maka saya cukupkan dengan mengecup keningnya. 
Habis itu istri cerita kalau si kecil selalu menanyakan saya, “Bund, ayah pulang jam berapa? Aku ingin main sama ayah, kangen bund,” katanya. 
Mendengar hal itu, ada rasa bersalah di hati saya saat mengetahui pertanyaan itu keluar dari bibir si kecil. Saya kecewa dengan diri sendiri, karena saat si kecil membutuhkan kedekatan dengan ayahnya, saya justru tidak hadir disampingnya.
Saya lantas berpikir, “sepertinya bila saya tidak meluangkan waktu khusus untuk bersama si kecil, lama-lama dia akan jauh dariku, dia akan merasa asing dengan ayahnya sendiri, bisa dipastikan dia akan kehilangan sosok ayah yang dibutuhkannya.” 
Maka sejak itu saya membuat jadwal setiap hari minimal 30 menit untuk bermain dengan anak,. Waktu pagi saya bangunkan si kecil lebih awal kemudian saya buat kesepakatan dengan si kecil untuk bermain bersama saat saya pulang kerja. 
Akhirnya dia sepakat dan pagi itu diakhiri dengan senyuman lucunya, si kecil mengantar saya sampai depan rumah untuk berangkat kerja. Saat selesai kerja saya berusaha untuk sampai rumah lebih awal, jangan sampai dia tidur terlebih dahulu dan tidak ketemu saya. Agar kedekatan saya dengan si kecil selalu terjaga.
Alhamdulillah sejak hari itu, meski sehari hanya 30 menit sampai 1 jam saya selalu bisa bersama dengan anak dan dia merasa senang sekali selalu bisa dekat dengan ayahnya. Kalaupun suatu ketika karena kondisi pekerjaan yang banyak sehingga saya harus pulang telat, maka saya buat kesepakatan dengannya untuk mengganti waktu bermain bersamanya di akhir pekan dengan durasi waktu yang lebih lama.
Itu sedikit cerita dari pengalaman saya tentang pentingnya kehadiran ayah di rumah untuk membersamai anak. 
Jangan sampai anak-anak kita kehilangan sosok ayahnya, karena dampaknya begitu mengkhawatirkan. 
Akibatnya anak kehilangan sosok panutan, anak lari dari rumah, anak mudah terpengaruh hal-hal buruk, anak memiliki cacat kepribadian, penyimpangan seksual, dan lainnya. Hal itu akan merusak kehidupan anak-anak kita. 
Pakar parenting, Elly Risman, mengatakan bahwa kehadiran ayah itu membuat anak menjadi lebih berarti, menjadi lebih tangguh, mempunyai inisiatif. Dari ayahlah, si anak belajar memiliki sikap berani dan siap menghadapi risiko. Itu bisa terbaca dari hal sederhana seperti cara laki-laki (ayah) bermain dengan anak-anaknya. 
Baca juga: Waspada, Ini Dampak Buruk BIla Ayah Tidak Ikut Mengasuh dan Mendidik Anak..
Permainan seorang ayah lebih bersikap fisik, membuat si anak “bekerja” mengelola kekuatan fisik sekaligus rasa takut dan rasa cemasnya—gulat-gulatan, panco-pancoan, tarik-tarikan, kejar-kejaran—sementara permainan yang dipraktikkan sang ibu lebih cenderung bersifat verbal (kebanyakan ngoceh sih), atau dengan menggunakan alat bantu seperti mainan atau boneka. 
Anak kecil itu kalau dipegang sama ibunya, itu hati-hati banget. Kalau dipegang sama ayahnya, dipegang pantatnya dinaikin ke atas. Kalau jatuh lagi, dia tangkap sama tangan kiri. Jadi anak seneng, dia pegang kipas angin, dia pegang bohlam. Tahu enggak, seorang ibu tidak akan melakukan itu. 
Alhasil, sang ayahlah yang lebih berperan mengajari bagaimana si anak bisa lepas dari dari bermanja-manja di buaian kasih ibu. Ayahlah yang akan mengajak si anak menghadapi dunia luar dengan lebih berani. Bermain dengan ayah juga membuat anak pandai membaca emosi sang ayah (dan kelak emosi orang lain lagi) melalui ekspresi wajah, tekanan suara, dan bahasa tubuh lainnya. 
Oleh karena itu sesibuk apapun kita, tetap harus memiliki waktu khusus untuk membersamai tumbuh kembang anak-anak, karena sejatinya anak-anak itu adalah gambaran masa depan orang tuanya. 
Jika anak-anaknya baik Insya Allah masa depan orang tuanya juga baik.    
Salah satu fungsi yang bisa dilakukan oleh seorang Ayah yang tidak kalah penting adalah: memberikan nutrisi yang tepat untuk si kecil.  
Baca juga: Buat Para Ayah di Seluruh Dunia, Engkaulah Penyebab Anak Jadi Nakal atau Jadi Sholeh. Ayo SHARE!!!

Tahukah Anda, bahwa setiap anak mempunyai masa golden age? Yaitu pada usia balita. Pada usia ini, pertumbuhan anak dalam masa emas. Karena itu banyak orang tua yang sangat memperhatikan kebutuhan gizi anak pada masa balita ini. Salah satunya adalah gizi untuk pertumbuhan otak anak. 

Karena itu, kini ada vitamin yang bisa membuat anak lahap makan tapi juga diperkaya dengan ekstrak ikan sidat yang telah terbukti mengandung kandungan gizi yang sangat baik untuk otak anak. Lebih lanjut silahkan baca aja di: https://gizid.at/CaraBikinAnakCerdas 


Salam bahagia… ^_^

Oleh: Yudi Nugraha, seorang ayah dari tiga orang anak. 


ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Hati-Hati, Gangguan Pada Anak Akibat Ayah Jarang di Rumah"

Posting Komentar